Sponsor


ShoutMix chat widget

Rabu, 23 Maret 2011

PENGUMUMAN PESERTA YANG LULUS TOWR FLP UNM


Minggu, 20 Maret 2011

FLP-Ers UNM Mari Menangkan Lomba Ini !

Lomba Essay Narasi 2011

Waktu

22 Maret jam 3:00 - 22 Mei jam 12:00

Tempat

indonesia

Dibuat oleh:

Pendidikan Alternatif

Info Selengkapnya

Preambule

Sebagai gerbang masa depan Indonesia yang lebih baik, pendidikan sering diabai, sering tak dilakukan dengan dedikasi profesionalisme tinggi. Hanya sebatas mengajar 'apa adanya', tak lebih, hanya menggugurkan pelaksanaan kurikulum. Ini bisa disimpulkan melihat prestasi anak negeri yang masih bisa dihitung dengan jari, kondisi politik-ekonomi-sosial-bud

aya yang tak mencerminkan pelakunya berpendidikan tinggi, tak menjunju...ng nilai-nilai moralitas-universal. Semua semakin karut marut.

Karut marut pendidikan selama ini bisa kita lihat dari filosofi pendidikan yang membebankan peserta didik layaknya mesin, target kurikulum yang tak berpihak pada kemampuan dan kemajemukan daya peserta didik, pelaksanaan proses pendidikan yang menggunakan kekerasan dan segala anasir subversif, guru tidak kreatif, kaku, tidak menyenangkan. Dan anehnya semua itu seperti sengaja dikekalkan oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan pemerintah tak serius mengubah arah pendidikan menjadi lebih baik, hanya mengandalkan politik anggaran pendidikan 20 persen saja. Itu tidak cukup.

Lalu, bisakah ini dibebankan pada proses pendidikan yang ternyata telah gagal? Pendidikan adalah ujung tombak perubahan sebuah negeri. Hal ini bisa dilihat dari kejatuhan Jepang setelah dijatuhi bom atom di Hirosima dan Nagasaki, tapi kejatuhan itu segera dibangunnya kembali melalui pendidikan. Dan saatnya kita mempersembahkan semua daya pikir kita untuk negeri.

Untuk itu, dalam menyambut Hari Pendidikan Nasional bertepatan dengan pelaksanaan seminar nasional oleh Forum Nasional Pendidikan Alternatif bertajuk “Pendidikan Humanis Hari Ini”, panitia pelaksana (panpel) memberi kesempatan bagi mahasiswa dan guru untuk berkarya memberi sumbang pemikiran kritis idealis dan solutif dalam rangka ‘memanusiakan manusia’ secara tertulis dalam Lomba Esai-Narasi Nasional 2011.

Pelaksana

FORUM NASIONAL PENDIDIKAN KRITIS-ALTERNATIF

Waktu pelaksanaan

22 Maret – 22 Mei 2011

Tema

PELAKSANAAN PENDIDIKAN ALTERNATIF

Sub tema

1. Pendidikan dilematis

2. Belajar itu asik

3. Berbenah dari kelas

4. Antara guru, fasilitator, dan orang tua

Alamat mengirim

Naskah dikirim ke narasi.ep@gmail.com

Peserta

1. Mahasiswa

2. Guru

Penilaian

1. Orisinalitas;

2. Gaya bahasa; dan

3. Ketepatan analisa.

Pengumuman kepesertaan

Pertama 5 April 2011

Kedua 3 Mei 2011

Ketiga 22 Mei 2011 (Hari terakhir pengiriman naskah, pukul 24.00 WIB)

Pengumuman pemenang

24 Mei 2011

Ketentuan-ketentuan

1. Naskah boleh berbentuk narasi atau esai.

2. Naskah tidak pernah dipublikasikan di media cetak maupun elektronik.

3. Naskah ditulis di atas kertas ukuran A4, margin normal, 1 spasi, minimal 5 halaman, disertai fotenote / daftar pustaka bila terdapat rujukan atau kutipan.

4. 1 orang peserta hanya mengirim maksimal 2 naskah.

5. Naskah fokus pada sub tema, tidak bercabang.

6. Halaman akhir naskah dilengkapi dengan data pribadi ( nama, alamat, usia, tempat kuliah, tempat mengajar, no HP / kontak, email, dan no rekening -pribadi atau berwakil).

7. Setiap pengiriman naskah peserta melampirkan ettachment file scan KTP yang masih berlaku.

8. Setiap peserta diharuskan menulis isi pengumuman lomba ini di note FB masing-masing dengan men-tag 25 teman termasuk akun FB panitia (sebelumnya add forum.pendidikan@ymail.com

).

9. Kepesertaan gugur bila tidak sesuai ketentuan naskah.

10. Naskah yang masuk menjadi milik panitia.

11. Hanya pemenang yang akan dihubungi panitia via email / telepon dan hadiah dikirim ke no rekening pemenang.

12. Keputusan panitia adalah kuat dan tidak dapat diganggu gugat.

Hadiah *

Kategori mahasiswa

Penerima penghargaan pertama Rp. 6.000.000;

Penerima penghargaan kedua Rp. 3.000.000;

Penerima penghargaan ketiga Rp. 1.500.000;

Kategori guru

Penerima penghargaan pertama Rp. 7.000.000;

Penerima penghargaan kedua Rp. 3.500.000;

Penerima penghargaan ketiga Rp. 2.000.000;

* Sudah termasuk pajak

selengkapnya lihat di sini http://edukasialternatif.blogspot.com/2011/03/lomba-esai-narasi-pendidikan-kritis.html

Sabtu, 12 Maret 2011

Mangga Harum Manis


Mangga Harum Manis

Sore itu, saat pulang kuliah dengan sisa-sisa matahari yang mulai redup Rita menerima sms dari sahabatnya Kevin. Kevin berencana datang ke rumah Rita untuk membawakan mangga harum manis pesanan Rita beberapa hari yang lalu. Rita sebenarnya berencana untuk datang langsung ke rumah Kevin untuk mengambil mangga harum manis yang dijanjikannya ke Rita, tapi Kevin menolak dan berjanji akan membawakannya langsung ke rumah Rita. Rita sangat bersemangat berbalas sms dengan Kevin tanpa memperhatikan orang lain yang juga berada di atas angkot itu sedang memperhatikannya dengan raut wajah bertanya-tanya, “ada apa dengan orang ini? Kenapa dari tadi dia terlihat senyum-senyum sendiri? Apa mungkin dia tidak waras?”. Setelah hampir sampai di rumah, Rita baru menyadari kekonyolan yang dibuatnya sedari tadi, lalu menunduk malu tanpa mampu membangkitkan wajah manisnya yang lelah.

Sesampainya di rumah, Rita tiba-tiba lupa mengenai janjinya pada Kevin untuk menyambutnya, atau mungkin menyambut mangga harum manisnya. Rita mungkin terlalu lelah karena menghadapi perkuliahan yang sangat padat hari itu dan terlalu malu mengingat kejadian konyol yang dilakukannya di atas angkot tadi. Rita akhirnya tertidur tanpa mengganti pakaian yang sudah dikenakannya sejak pagi tadi sepulang kuliah. Belum beberapa saat Rita tertidur ibunya tiba-tiba memanggil Rita dan menyampaikan tentang kedatangan temannya. Rita dengan malas-malasan akhirnya bangkit dari tempat tidurnya dengan perasaan kesal dan wajah kusut. Kemudian Rita tersadar bahwa sore ini Kevin akan ke rumahnya dan membawakan mangga harus manis kesukaannya. Rita segera memperbaiki wajah dan mood-nya, serta mempercepat langkah kaki mungilnya menuju ke taman yang ada di halaman rumahnya.

Rita kemudian menemui Kevin dengan wajah yang cerah, senyumnya dia lebarkan, dan matanya berbinar-binar, bukan karena Kevin, tapi lebih kepada bungkusan berwarna hitam yang masih tersemat di tangan kanan Kevin. Hari itu Kevin terlihat berbeda, lebih rapih, dan aroma parfumnya yang lembut tercium saat Rita duduk di sampingnya. Rita kemudian menyapa Kevin dengan senyum manis yang terpancar sangat indah dari wajah lembutnya. Kevin sesaat terpanah melihat keindahan senyuman yang baru saja diberikan Rita untuknya. Kemudian sambil membalas senyum Rita yang menawan, Kevin memberikan bungkusan berwarna hitam yang dibawanya tadi. Namun saat memberikan bungkusan tersebut, tanpa sengaja kedua tangan mereka saling bersentuhan, kemudian masing-masing dari mereka merasakan hal yang aneh yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya, seakan tersihir oleh mantra mangga harum manis. Beberapa detik kemudian mereka tiba-tiba tersadar dari situasi aneh yang sempat mematungkan mereka dan sesegera mungkin melepaskan kedua tangan yang tadi saling menyampaikan pesan dari sihir mangga harum manis. Mencoba mengembalikan suasana menjadi normal kembali akhirnya Kevin membuka percakapan.

“Ri, nih aku bawain mangga pesanan kamu, mangga harum manis yang aku ambil langsung dari pohon di halaman rumah ku, daripada kamu yang manjat, nanti dikirain monyet betina lagi gelantungan…hehehhehe..”

“Enak saja, emangnya muka aku mirip monyet apa? Kamu aja tuh yang pelit, kan kalo aku manjet pohonnya langsung bisa ngambil yang banyak.”, Rita protes karena tidak mendapat ijin dari Kevin untuk mengambil langsung mangga harum manis kegemarannya dari pohon di halaman rumah Kevin.

Kemudian cerita mereka berlanjut, mereka menceritakan banyak hal yang menarik tentang teman-teman baru mereka, tugas-tugas kuliah mereka, lingkungan perkuliahan mereka, dan juga menceritakan masa lalu mereka, masa saat mereka masih berada di bangku sekolah. Semua cerita mereka seakan telah dikemas begitu indah dan mengalir dengan penuh canda tawa, seolah-olah taman dimana mereka menyampaikan banyak hal satu sama lain adalah tempat yang paling indah yang pernah mereka kunjungi selama ini, seakan bunga-bunga di taman itu sedang bermekaran dan dimeriahkan dengan sinar matahari yang menawan di sore hari. Kevin ternyata diam-diam memperhatikan Rita dengan seksama saat mereka mengobrol, bukan karena Kevin tertarik dengan cerita Rita, tapi karena Kevin menyimpan sesuatu di hatinya, sesuatu tentang Rita.

Waktu berjalan begitu saja mengikuti alur cerita yang mereka rangkai berdua, hingga sudah hampir setengah jam lebih mereka berdua saling bercerita. Kevin seakan-akan hanyut dalam wajah ceria Rita dan tidak ingin kehilangan moment indah ini. Sesekali muncul bisikan-bisikan di kepala Kevin, “ini waktu yang tepat untuk menyatakan perasaan kamu sama dia, tunggu apa lagi?”, namun Kevin hanya mampu memandangi wajah Rita. Kevin tahu bahwa Rita masih menyimpan baik ingatan tentang seseorang dari masa lalunya dan sulit untuk melupakannya. Kevin hanya kekurangan nyali untuk menyatakan perasaannya pada Rita. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja mereka berdua terdiam, hanya ada suara angin yang sepintas terdengar seperti ingin menyampaikan sesuatu. Mata mereka kemudian saling bertemu, keduanya saling menatap dalam, mencoba mencari tahu isi hati mereka masing-masing. Seakan seperti mangga harum manis, yang warnanya masih hijau tetapi membuat orang lain penasaran akan rasa manis yang tersimpan dibalik kulitnya.

Created By:

Utari Dwi Sartika

Psikologi 2008

Desa Tukamasea

Desa Tukamasea

Oleh: Yusuf As- Shafyurahman

(pernah di terbitkan di Fajar)

Siapa yang benci keindahan? Siapa yang berani menolak kehendak hatinya untuk memuji keindahan ciptaan sang Pencipta? Siapa pula yang tak mau berbuat semaksimal mungkin hanya untuk memperoleh keindahan?

Nai…?” Tanyaku dalam hati.

Tena. Kalaupun ada dia pasti pabonga-bonga!” Jawabku dalam hati.

Keindahan alam adalah anugerah yang tak bisa kita pungkiri sebagai manusia. Bukan manusia jika ia tak mencintai keindahan. Bukan manusia jika ia tak bisa menghargai keindahan. Ki Hadjar Dewantara pun mengakui itu.

Gunung dengan segalah lapisannya yang terluar berupa batuan-batuan cadas yang mebentuk ekstase dengan bayangan-bayangan yang mencekung ke dalam dengan aneka jenis rerumputan yang menjuntai dengan rona hijau muda yang melenakan mata seakan mewajibkan kita untuk memujinya. Aneka pohon dan segalah jenisnya tak luput menjadi penghias keindahan batuan yang menjulang tinggi ke angkasa yang pada awal tadi ku sebut dengan nama “gunung”. Buka hanya gunung tapi sawah nan hijau yang terhampar luas yang tengahnya dibelah oleh aliran sungai berbatu dengan batuan-batuan cadas yang telah terbungkus lumut seakan membentuk lukisan alam yang tak mungkin bisa di lukis oleh manusia.

Keindahan tadi bukan sekedar angan-angan belaka , bukan pula cerita negeri dongeng atau lukisan cat minyak di atas kanvas, tetapi itu memang kenyataan alam yang ada di hadapanku sekarang. Sungguh mempesona desa ini dengan segala keindahannya. Orang-orang kampung menyebut desa ini dengan nama Desa Tukamasea. Letak desa itu berada di daerah Kecamatan Bantimurung, tepatnya masih dalam kawasan karst Maros- Pangkep.

Dan pagi ini, keindahan yang pernah kutuliskan pada sebuah sudut pikiranku 30 tahun lalu berusaha kukupas kembali di hadapan murid-muridku yang masih duduk di sekolah dasar. Sengaja kuceritakan itu kepada murid-muridku yang masih belia agar mereka bisa melihat alam ini dengan hati yang suci….ya dengan hati yang suci seperti aku dulu kepada sebuah pohon di desa ini. Biar itu semua abadi dan tak bisa dijamah oleh tangan-tangan manusia lain karena tiap generasi belia di desa ini telah mendengar dan meresapi kisahku itu. Kisah tentang kenapa Desa ini bernama Tukamasea. Dan aku berharap pagi ini di dalam hati mereka keindahan itu abadi dan mencintai pohon yang tumbuh di kampung ini.

***

Beberapa tahun ketika umurku sudah lanjut dan telah pensiun dari mengajar. Di suatu pagi yang cerah, seorang bocah wanita bernama Anila mendatangiku. Dia adalah cucuku. Dia membawa bibit pohon dengan kantong hitam dengan sedikit menangis dia menyerahkannya padaku.

“ Kek, ceritakan sejarah pohon ini?”pintanya dengan lembut. Sambil duduk bersila di hadapanku.

Aku sedikit tertegun. Mataku berpotensi basah. Anganku mulai mengembara dalam keharuan ini. Cepat-cepat aku menyadarkan diri dengan sedikit membasuh mataku yang telah dipenuhi garis-garis sejarah desa ini.

“ Sini nak! Kakek akan menceritakan sejarah pohon ini. Tapi berhenti mako dulu menangis karena pohon ini tak suka orang menangis!” Anila menurut. Dia tak menangis lagi.

“Hmm…kamma anne ceritana.”

Dahulu kala di desa ini ada sebuah pohon yang begitu besar. Seperti beringin tapi bukan beringin. Juga bukan pohon asam atau jenis-jenis pohon lainya yang sering kita jumpai. Di bawah pohon itu udara sangat sejuk. Lumut-lumut batu tumbuh di bawahnya. Beberapa jenis rumput-rumput tumbuh subur. Dan beberapa bukit batu berwarna hitam pekat mengitari pohon itu. Udara di sekitar pohon bagaiakan aroma terapi. Tiap pagi sampai siang hewan-hewan mencari makan disitu.

Bertahun-tahun pohon itu tumbuh menyendiri. Tak seorangpun yang pernah melihatnya ataupun mendekatinya. Memang dari jauh pohon itu bak kotak hitam yang menyimpan banyak misteri. Desas-desus mengatakan bahwa pohon itu dipenuhi ruh-ruh jahat.

Nia tojekkah setan anjo ri pokok-pokokka?” Tanya seorang warga.

“ Mungkin iya mungkin juga tidak. Tapi punna memang nia pastimi antu setan kuttu dan pabbangbangan.” Jawab seorang warga lainnya.

“ Eh…! Piti pau-paui anne bawana. Awasko!”

Tapi benar juga kata warga tadi. Mana ada ruh yang gentayangan di pohon itu? Toh! Di bawah pohon itu tumbuh berbagai jenis bunga yang aromanya harum dengan warna-warni yang elok. Tapi yang jelas tak ada yang tahu ada apa di pohon itu dan sekitarnya karena tak ada yang mau tahu apalagi mendekati pohon itu. Apakah mungkin karena aroma bunga itu mengingatkan pada aroma kuburan?

“ Mungkin begitu kapang kek!” Anila memotong pembicaraan.

“Dengarki dulu cucuku!” Jawabku lembut.

“Iya pale kek.” Anila menurut.

Setelah bertahun-tahun pohon itu menyimpan misteri dan desas-desusnya terdengar oleh seorang anak laki-laki yatim piatu. Anak itu kira-kira masih berumur 14 tahunan. Hidupnya tidak menetap. Makannya berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah yang lain. Hingga suatu hari ia mendengar kisah pohon itu. Dia ingin melihat pohon itu. Ia merasa dirinya senasib dengan pohon itu. Selalu kesepian. Selalu kamase-mase.

Tibalah anak itu bertemu pohon itu. Di pandanginya tajam-tajam tiap lekuk pohon itu. Dilihatnya bunga-bunga nan elok. Rumput-rumput yang subur. Lalu dirasakannya udara begitu segar dan sejuk.

“ Apanya yang pakamalla-malla’?”

Apa di’?” “Ah,…lupakan!”

Sejak hari itu dia bersahabat dengan pohon. Semua aktivitas dilakukan di bawah pohon itu. Baginya pohon itu lebih dari sekedar sahabat. Pohon itu di anggapnya sebagai seorang keluarga agar orang-orang tak lagi memanggilnya tukamase-mase.

Musim berganti. Anak itu semakin bahagia hidup bersama pohon. Disampaikannya kebahagian itu kepada masyarakat. Pada awalnya tak ada yang mau percaya kalau pohon itu tak ada ruh jahatnya atau misteri-misteri kelam.

Tapi mana ada manusia yang mau menolak kehendak hatinya untuk menolak keindahan? Segalah cara akan dilakukan untuk mendapat keindahan bukan? Begitulah pohon itu. Sekitarnya memang indah, suasananya bersahabat apalagi semenjak anak itu merawat dan tinggal bersama pohon itu. Lama-lama orang-orang sering berdatangan ke bawah pohon itu. Bahkan satu persatu warga membuat rumah di sekitar pohon itu. Jadilah sekitar pohon itu sebuah perkampungan.

Namun sungguh malang nasib anak itu. Ia tidak di perbolehkan lagi tinggal di bawah pohon itu. Dia diusir. Penduduk telah merampas kebahagian anak itu. Jadilah kembali anak itu Tukamase-mase. Hingga beberapa tahun kemudian nasib anak itu entah kemana, entah bagaimana. Konon katanya anak itu sudah bercucu dan cucunya cantik-cantik.

Singkamma kau Anila.” Kataku lirih dengan mata yang telah basah. (*)10/08/2010.

Tukamasea : orang yang dikasihani; orang miskin.

Nai : siapa

Tena : tidak ada

Pabonga-bonga : pembohong

berhenti mako dulu :hentikan terlebih dahulu

kamma anne ceritana : begini ceritanya.

Nia tojekkah setan anjo ri pokok-pokokka: Betulkah ada setan di pohon itu

Tapi punna memang nia pastimi antu setan kuttu dan pabbangbangan: Jika memang ada pasti setan itu pemalas dan sedang kepanasan.

pakamalla-malla :membuat takut-takut.

Singkamma kau : seperti kamu.

Minggu, 06 Maret 2011

KONTRAK BELAJAR/ FOLLOW UP TOWR FLP UNM

KONTRAK BELAJAR

SYARAT MENJADI ANGGOTA FORUM LINGKAR PENA UNM ADALAH MENGIKUTI 2 RANGKAIAN KEGIATAN TRAINING OF WRITING AND RECRUITMENT (TOWR) YANG TERDIRI DARI:

1. ORIENTASI TOWR

DILAKSANAKAN PADA HARI INI, TANGGAL 6 MARET 2011, DI GEDUNG BM 101 FAKULTAS PSIKOLOGI UNM

2. SEKOLAH MENULIS TOWR

- DILAKSANAKAN TANGGAL 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20 MARET 2011 PUKUL 16.00-17.45.

- PESERTA DIBERI TOLERANSI UNTUK TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN SEBANYAK 2X PERTEMUAN, YANG BERARTI HARUS MENGIKUTI 5X PERTEMUAN SEKOLAH MENULIS TOWR

- PESERTA YANG IZIN SILAHKAN SMS KE NO HP 085255545316 DAN CANTUMKAN NAMA LENGKAP, FAKULTAS, JURUSAN, ALASAN TIDAK HADIR.

RANGKAIAN KEGIATAN SEKOLAH MENULIS FLP UNM

- CERPEN OLEH MIRA PASOLONG, Penulis (FBS)

- ESSAY OLEH USMAN, Dosen FBS (FBS)

- BEDAH KARYA OLEH NUR EVIRA, MUH. YUSUF, NURSYAM, DKK (TELKOM)

- PUISI OLEH NUR SYAM (PSIKOLOGI)

- NOVEL OLEH DUL ABDURRAHMAN (MIPA)

- MENEMBUS MEDIA OLEH NUR ALIM JALIL,Pengisi Kolom Percik Harian Fajar (FAJAR)

- DA'WAH FLP OLEH USTAZAH. FAUZIAH ALI (PSIKOLOGI)

TOWR FLP UNM 2011, akhirnya Berjalan Sukses



Alhamdulillah.

Hanya ucapan itu yang hari ini ingin kubebasterbangkan kemana-mana. Biar orang-orang tahu FLP UNM begitu sangat berbahagia. Bukan main kegiatan TOWR (Training of Writing and Recruitment)yang selama ini kami rencanakan akhirnya berjalan dengan sukses pada hari ini, Ahad, 6 maret 2011. Acara ini berlangsung sejak pukl 08.30- 18.00 wita. Ada sekitar 60 peserta hadir pada kesempatan itu. Akan tetapi tidak semua peserta dari UNM saja selebihnya dari UNISMUH. Karena TOWR yang kami lakukan ini atas kerja sama antara kedua Ranting yang masih sangat belia ini.

Setidaknya ada 3 materi yang diterima peserta. Yaitu, ke FLP-an , Motivasi Menulis, Sastra untuk Dakwah. Materi ke FLP-an di bawakan langsung oleh ketua FLP Sulsel,Fitrawan Umar. Materi ini sangat menarik. Banyak peserta yang mengangguk-anggukan kepala dan sebagian lagi hanya melongo, entah mengerti atau tidak yang jelas pada sesi diskusi pertanyaan begitu banyak terlontar. Kelihatannya pesrta kali ini begitu bersemangat. Materi ke 2 yaitu, Motivasi Menulis yang di bawakan seorang Psikolog Muda yan bernama Erwin Saputra. Antusias peserta terhadap materi ini sangat tak terduga. Semangat mereka menggebu-gebu dan terlarut dalam menerima materi ini. Mereka betul-betul tersihir dan termotivasi untuk komitmen menulis. Terlebih lagi pada akhir materi ada sesi relaksasi fikriyah lewat sentuhan psikologi tentunya.Eits tunggu dulu pemateri juga merekomendasikan untuk menonton film King Speech ( Nih link downloadnya:http://www.ganool.com/2011/01/download-kings-speech-2010-dvdrip.html<>. Materi ke 3 adalah Sastra untuk Dakwah di bawakan oleh Ustd, Jumadil Muhammad. Materi ini merupakan materi yang tak kalah penting nya dari 2 materi sebelumnya. Para peserta digiring oleh pemateri untuk bagaimana melihat keterkaitan antara Sastra dan Dakwah, dan sejarah telah membuktikan bahwa keduanya adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan.

Pada akhir acara, ada pembacaan kontrak Sekolah Menulis sebagai follow up dari TOWR ini yang akan menjadi persyaratan kriteria kelulusan mereka sebagai kader FLP UNM.
So, terakhir ucapan terim kasih kepada seluruh pengurus yang telah menyempatkan hadir dan panitia yang telah bekerja keras denga segalah keterbatasan. Kalian telah membuktikan bahwa semangat dan niat yang suci akan meringankan semua penghalang.
Semoga apa yang kita lakukan hari ini menjai jalan bagi kita membumikan agama Allah ntuk meraih surga-Nya. Amin.
Yusuf As-shafyurahman.

Selasa, 01 Maret 2011

Cerpen: POWER RANGERS*: EPISODE KEMATIAN MONSTER KORUPTOR


POWER RANGERS*: EPISODE KEMATIAN MONSTER KORUPTOR


Oleh: Yusuf As-Shafyurahman (Ketua FLP UNM)

Zack menghardik kepada Adam. Perlahan mukanya memerah. Dilemparnya sebuah remote control ke arah Adam. Tapi, Adam menghindar dan serasa bergidik. Remote itu melewati Adam melesat ke arah tembok dan terhempas.

“Gedubrak.”

Remote hampir hancur. Lampunya berkedip-kedip berwarna merah mengingatkan akan nyala sirene mobil polisi. Karena tak kena sasaranya Zack makin beringas. Matanya yang tadinya basah perlahan merah dan kering kerontang hampir meloncat dan menatap erat-erat ke arah Adam. Genggaman mungilnya semakin erat terdengar gemeretak tulang rawan di lengan kanannya. Giginya gemeretak hebat. Dia alihkan pandangannya yang bisu ke arah layar televisi berukuran 21 inchi di bagian kiri tubuhnya tempatnya sekarang duduk melantai di ruang tamu rumahnya. Siaran televisi yang dicari-carinya tak kunjung hadir. Karena Adam tak jua berkehendak memenuhi keinginan sang adik. Sehingga terjadilah perang saudara. Selalu begitu. Semua ingin berkuasa. Menguasai media elektronik itu dengan tangan mungil mereka masing-masing. Tapi lagi-lagi yang kuat akan mengambil alih. Adam selalu jadi pemenang.

Kini Adam serius menonton berita kesukaannya. Meski umurnya baru 13 tahun dan 2 tahun lebih tua dari Zack, tapi nonton berita adalah hobinya semenjak pemilu berlangsung beberapa bulan yang lalu. Dia jadi ketagihan berita. Keseriusannya tak tanggung-tanggung kalau sedang menonton berita. Kakinya menyilang setinggi bahu. Badannya hampir terlipat di atas bantalan kursi empuk yang didudukinya. Pandangan beku di balik silangan kakinya fokus ke arah layar televisi itu. Rupanya dia menonton siaran berita tentang kasus korupsi. Dia ingin memberantas korupsi. Bisiknya kala itu.

“Gedubrakkk.”

Keseriusan Adam jadi retak kembali. Lagi-lagi Zack berontak. Yang jadi korban sekarang adalah robot-robotan power ranger yang tercecer di sekitarnya. Mata boneka itu ikut menyala-nyala. Anehnya, lemparanya tadi mengenai layar televisi. Televisi itu retak nyaris pecah. Kini Adam bingung siapa yang salah. Dia atau koruptor di layar televisi itu? Tak ada jawaban dari mulut adiknya itu, kecuali pandangan sayu ke arah salah satu tokoh koruptor sebelum layar televisi itu jadi korbannya. Sebenarnya Adam ingin marah tapi perhatiannya teralihkan ke arah televisi tadi. Televisi itu mengeluarkan asap dan aliran listrik yang menjalar ke mana-mana. Di balik keretakan tadi keluar cahaya putih yang terang tak terkira. Kedua bersaudara itu terheran-heran. Mereka bergeming seribu bahasa. Perang saudara telah usai.

“Druuuuuugh...”

Zack kaget mendengar suara guntur dari luar rumah itu. Sontak dia memeluk Adam. Rupanya hujan mulai menyertai suasana itu. Hingga terasa semakin mencekam. Meski ashar baru saja berlalu. Di luar keadaan sudah tampak gelap. Angin bertiup kencang. Awan berkemul hitam membentuk semacam black hole yang besar. Lalu mati lampu. Zack dan Adam ditelan cahaya yang keluar dari televisi yang retak itu. Sejam kemudian suasanya jadi senyap, yang terlihat hanya kedipan lampu remote yang di lempar Zack dan mata power ranger yang menyala-nyala. Zack dan Adam kini lenyap.

***

Sebulan berlalu. Berita tentang kasus korupsi tak urung meninggalkan media. Baik media elektronik sampai media massa lainnya menghidangkan suguhan dan sarapan yang sama di waktu pagi. Kasus yang paling populer adalah kasus penggelapan dana talangan Bank Century yang melibatkan banyak pihak. Saking besarnya kasus yang mencuat sekitar akhir tahun 2009 itu. Sehingga tak ada yang memberitakan tentang kejadian mistis yang terjadi di rumah Zack dan Adam. Semua terlarut dalam intrik dunia perpolitikan bangsa.

Tapi hal itu tidak berlaku pada sebagian anak di sekitar rumah Zack. Mereka penasaran atas kasus yang menimpa kedua teman mereka. Bagi mereka tak ada korupsi, politik ataupun pelanggaran HAM. Bagi mereka itu hanya bagian dari masa kecil mereka. Hanya buang-buang uang dan waktu. Belum saatnya bagi mereka untuk terlibat. Kecuali tak ada lagi generasi sesuci, selugu dan sejujur mereka. Kimberly, Nania dan Lee adalah anak-anak itu. Mereka seusia Zack dan Adam. Mereka segera membentuk tim penyidik semacam tim pansus untuk menolong teman-teman mereka. Dan penyelidikan pun di mulai. Lets go!.

Ketiga anak itu segera menyelidiki rumah Zack dan Adam yang masih terpasang garis polisi. Mereka berhasil masuk karena itu adalah daerah kekuasaan mereka. Mereka tahu betul jalan-jalan rahasia menuju rumah itu. Sekeliling rumah jadi sasaran pencarian. Semua jadi bahan penyelidikan. Terakhir mereka berhenti di hadapan televisi di ruang tamu. Lee, perlahan mendekat ke arah televisi itu. Di pungutnya remote dan boneka power ranger yang tergeletak di samping televisi itu. Tak seberapa lama televisi itu bergetar dan mengeluarkan suara dengungan, asap, dan aliran listrik. Lee jadi kaget dan segera meloncat ke belakang. Dari arah televisi keluar cahaya terang tak mampu dipandang mata. Ketiga anak itu jadi silau. Tapi, itu tak berlangsung lama. Karena cahaya itu tiba-iba terhalangi sesuatu. Seperti sosok manusia.

“ Zack?” Kimberly terheran penuh tanya.

“ Adam?” Lee juga tak ketinggalan.

“ Alhamdulillah. Dari mana saja kalian?” Nania menimpali dengan pertanyaan.

Teman-teman, monster akan menyerang negeri kita.” Tiba-tiba Adam bergumam. Wajahnya menampakkan raut serius.

“ Maksudnya?” ketiga anak yang lain jadi penasaran.

“ Tenang-tenang semua.” Zack berusaha menjelaskan.

“ Sejak sebulan yang lalu, kami berdua berada di sebuah dunia yang tak adalagi kejahatan. Semua jadi lebih baik. Hukum betul-betul jadi acuan. Namanya negeri semut**. Sempat kami mendengar kabar tentang keadilan negeri itu.”

“ Tapi, akhirnya Zordon mengirim kami kembali ke sini dengan transporter waktu yang di buat Alfa.” Jelas Zack.

Tapi Nania hanya melongo, matanya sayu alisnya menjadi berat hingga matanya jadi sipit. Dan mulutnya bisu sedikit bergetar. Lain halnya dengan Lee rentetan pertanyaan diajukannya. Hingga semua jelas bahwa teman-temannya itu kembali ke dunia ini karena monster-monster bangsa ini mulai bermunculan. Dari sektor ekonomi sampai sektor perpolitikan monster-monster itu meraja lela. Sementara pemerintah tak becus lagi membasmi monster itu. Kedatangan mereka kembali, dengan membawa identitas baru yaitu sebagai anak-anak generasi pemberantas korupsi.

“ Ya, sekarang kami berdua adalah seorang ranger.”Adam meyakinkan.

“Aku, Ranger Hitam pengamat politik.” Jelas Zack

“Dan aku Ranger Merah pengamat hukum.” Adam turut akui diri. Kimberly, Lee dan Nania jadi terkagum-kagum. Kedua temannya telah berubah sosok menjadi sosok ranger. Kepala mereka tertutup helem dengan motif futuristik. Tubunya juga kini berbalut pakaian karet yang tebal dan anti peluru. Meski tubuh mereka tetap kecil tapi bodi mereka jadi atletis. Senjata –senjata modern di sisi kiri kanan pinggul mereka tampak keren dan canggih.

“ Kalian jangan melongo begitu!”Adam menghela kekaguman teman-temannya.

“ Sekarang kalian juga adalah seorang ranger. Kalian adalah orang-orang yang di pilih bangsa ini dan kita adalah generasi penerus bangsa ini.” Lanjut Adam memperjelas.

“ Ambil ketiga pemantik ini dan kalian akan berubah menjadi seperti kami.” Zack terlihat menyerahkan sebuah pemantik berbentuk jam tangan dengan lampu yang berbeda-beda warna pada bagian tengahnya.

“ Berubah,” teriak Kimberly, Lee dan Nania bersamaan. Sontak tubuh mereka berubah seperti kedua temannya tadi. Yang berbeda adalah warnanya. Kimberly sebagai Ranger Pink pengamat seni dan budaya, Nania sebagai Ranger Kuning pengamat ekonomi, dan Lee sebagai Ranger Hijau pengamat agama.

“Go...go...go power ranger.” Gumam mereka kompak. Di susul panggilan tugas dari Zordon

“Tik tik tidik tik tik.”Zordon memanggil mereka dengan alarm khusus dari negeri semut.

“Monster menyerang bangsa ini. Saatnya kalian beraksi.”

“Hyatt...sset,” ke-lima anak itu meloncat ke angkasa secepat kilat menembus awan-awan dan perlahan menghilang.

Langit tampak buram dan bergemuruh seiring ke-lima ranger itu menghilang. Jauh entah ke mana.

***

Kota seakan beku selama beberapa hari. Langit enggan berkomentar dengan hujannya atau pun dengan gemuruh anginnya. Gedung-gedung pencakar langit seakan bergelantungan dan bagaikan tonggak-tonggak di tengah ilalang. Tenang, damai dan sunyi.

Hingga semua itu buyar ketika para pencari berita berkeliaran ke sana sini. Ada yang membawa kamera, handycame, dan segalah perlengkapan syuting lainnya. Beberapa mobil berbalik meninggalkan lokasi. Kemacetan mulai nampak di setiap perempatan. Orang-orang pun turut berkerumul pada satu lokasi. Bunyi sirene di mana-mana. Dari kejauhan di sebuah bank tampak nyala api berkobar. Beredar membentuk onar. Beberapa orang terbakar dengan mata nanar. Terlihat seekor monster mulai memporak-porandakan bank dan dengan mulutnya menyemburkan api yang berkobar.

“Tik tik tidik tik tik...!” Zordon memanggil ke-lima ranger.

Ke-lima ranger tiba di lokasi. Mereka tampak sigap dan keren dengan pakaian futuristis mereka yang di balut warna merah, kuning, hijau, hitam dan pink. Warga kota memandangi, sebagian melongo, kagum dan bermuka tak jelas. Salah seorang warga mulai bersorak ke arah mereka.

Tak perlu menunggu lama. Adegan pertarungan akan berlangsung. Pentas politik perlahan panas. Ke-lima ranger tampak siap siaga.

“Hai monster gila hentikan perbuatannmu!” Sahut Adam memperingati.

“Wuargggh...wuarggh...” monster itu meraung. Rupanya dia sudah sadar akan kehadiran para ranger itu. Pandangannya sangat menyeramkan. Seseram tubuhnya yang penuh darah dan berbalut ratusan uang dollar. Meski tubuhnya tak sebesar monster pada umumnya tapi dia sangat beringas dan telah menyensarakan jutaan masyarakat di negeri ini.

“Sekali lagi hentikan perbuatanmu!” Zack ikut memperingati dengan nada keras.

Tapi monster koruptor masih saja tak menghiraukan. Malah, dia langsung bergerak cepat dan menyerang ke arah Nania (pengamat ekonomi) dengan cakarnya yang tajam.

“Sehht.” Nania berhasil menghindar meski nyaris bahu kanannya terkena cakaran.

Nania kemudian berbalik menyerang dengan pukulan mautnya dan tepat mengenai wajah monster. Monster itu terpelanting ke arah Ranger Merah. Ranger Merah tak menyia-nyiakan hal itu. Dengan sigap dia banting monster itu. Hingga tak berdaya. Bahkan perlahan lembaran-lembaran dollar di tubuhnya berceceran di mana-mana. Mulailah tampak wajah aslinya. Meski kulitnya tampak terkelupas wajahnya masih jelas terlihat yaitu wajah yang senantiasa nongol di berita. Dia adalah adalah orang tenar negeri ini.

Melihat kenyataan itu Ranger Hijau lalu mendekat. Tapi bukan bermaksud untuk menyerang lagi. Karena dia tahu monster itu sudah tak berdaya. Perlahan dinasehatinya agar tak mencuri uang rakyat lagi yang tidak halal. Itu memang tugas Lee sebagai pengamat agama.

“Sseeth…wuargah,ternyata monster itu pandai berpura-pura. Sontak monster itu berontak kembali. Ranger Hijau jadi korban. Dia tak sempat menghindar. Tubuhnya yang masih anak-anak terpental ke arah tiang listrik. Bahu kanan yang kecil terluka dan mengeluarkan darah segar.

“Ahhhhkh…” keluhnya kesakitan.

Melihat hal itu, Kimberly si ranger pink (pengamat seni dan budaya) bergerak cepat. Tubuhnya yang kecil begitu lincah dan gesit. Menari bagai angin buritan dan tiap gerakannya menimbulkan melodi-melodi musik bugis. Dan mengitari monster bengis dan sadis itu. Gerakannya semakin cepat membentuk putaran angin topan. Hingga monster itu ikut berputar. Dan terlempar membentur trotoar lalu tergelepar. Lagi-lagi monster itu kelihatan tak berdaya.

“Wuhhh…” Kimberly menghela nafas setelah melakukan gerakan cepatnya yang penuh gerak estetis dan magis.

Sementara di sudut tiang listrik Lee si ranger hijau masih terlihat kesakitan. Entah kenapa di setiap pertarungan politik terkadang agama jadi korban seperti yang dialami Lee. Melihat hal itu semua ranger mendekati Lee. Adam terlihat membopoh dan melindungi tubuh Lee dengan payung hukumnya dan keempat ranger lainnya tetap mewaspadai keadaan monster itu. Jangan sampai dia berpura-pura lagi. Tapi, kelihatannya kali ini monster itu betul-betul telah kehilangan tenaga. Tubuhnya yang tergelepar semampai perlahan lunglai. Dari tubuhnya keluar trilliunan uang yang baru saja di curinya dari bank yang terbakar tadi dan kini telah hancur. Lalu ke-lima ranger itu mengurung dan segera memenjarakan monster koruptor itu. Tapi, anehnya tubuh monster itu menjadi transparan dan perlahan menghilang. Pertarungan baru saja usai.

“Anak-anak.” Zordon memanggil

“Syukurlah kalian selamat, bangsa ini juga selamat, ” lanjutnya.

“Hey…anak-anak. Saatnya kalian kembali ke negeri semut. Pulihkan kekeuatan kalian!” sahut Alfa, si penasehat ranger.

“Ssethh…” ke-lima ranger menghilang. Gerakannya sangat cepat. Secepat topan di Haiti yang menyebabkan kota Haiti jadi pora-poranda.

Sementara arena pertarungan politik telah porak. Puing-puing bangunan berserak. Aroma ketakutan tak lagi bergejolak. Hingga butuh banyak dana dan kekuatan untuk memulihkan kembali arena pertarungan itu. Selalu terjadi seperti itu. Apalagi lagi yang harus dikorbankan untuk menutupi kerugian itu?

***

Sehari setelah pertarungan itu headline media massa tak lagi dihinggapi berita tentang koruptor. Ataupun berbagai kasus-kasus kotor. Tetapi yang jadi headline adalah ke-lima anak-anak itu. Mereka jadi tenar dan menjadi pahlawan bangsa ini. Jadi siapapun yang berhasil memberantas korupsi selayaknya menjadi pahlawan bangsa. Berita tentang ke-lima anak-anak itu jadi bahan pembicaraan selama beberapa hari, bulan, ataupun bertahun-tahun.

Presiden tak mau ketinggalan. Mereka mengundang anak-anak itu ke istana kenegaraan dengan kawalan super ketat. Mereka akan diberi penghargaan sederajat dengan guru bangsa yang telah berjasa untuk negeri ini.

Kini mereka telah tiba di pelataran istana. Mereka tampak senang tak terkira. Wajah mereka yang masih kelihatan lugu perlahan menjelma ceria. Saat yang dinanti-nanti akan segera terjadi yaitu mereka akan bertatap muka langsung dengan presiden. Itu adalah impian mereka sebagai generasi penerus bangsa.

Beberapa menit telah berlalu. Jantung anak-anak itu semakin berdebar. Sementara dari kejauhan terlihat mobil presiden berwarna hitam pekat dengan plat merahnya perlahan memasuki taman istana dan berhenti di gerbang pelataran istana tepat di hadapan tempat anak-anak itu berdiri. Kira-kira jaraknya lima meter dari tempat anak-anak itu berpijak.

“Slekk…” suara pintu mobil terbuka. Presiden turun dari mobil. Tampak gagah dan berwibawah. Terdengar suara celoteh anak-anak itu. Kecuali Adam dan Zack. Entah kenapa tubuhnya bergetar hebat. Urat kecilnya timbul. Matanya memandang erat-erat raut wajah presiden. Meski terkesan samar bila memandang dengan mata nanar. Tapi raut wajah itu tetap seakan tak asing bagi mereka. Mirip dengan wajah yang bersembunyi di dalam tubuh monster yang pernah mereka kalahkan. Seketika yang lain turut menyadari. Mereka bersiap- siaga.

“ Tik tik tidik tik tik.” Zordon memanggil.

“ Berubah.”

“Power... Ranger...” teriak ke-lima anak itu.

Pertarungan akan kembali di mulai. Bersiap-siagalah.

***

*Judul ini terinspirasi dari salah satu serial kepahlawanan anak-anak yang dapat di saksikan di salah satu layar televisi swasta Indonesia.** Nama negeri ini terinspirasi dari salah satu judul puisi penulis yang dapat di baca di as-shafy.blogspot.com Riwayat cerpen: Juara 1 lomba menulis cerpen KAMMI UNM.