Sponsor


ShoutMix chat widget

Selasa, 01 Maret 2011

Cerpen: POWER RANGERS*: EPISODE KEMATIAN MONSTER KORUPTOR

Posted on 23.26 by Lahir untuk sebuah dakwah bilqalam


POWER RANGERS*: EPISODE KEMATIAN MONSTER KORUPTOR


Oleh: Yusuf As-Shafyurahman (Ketua FLP UNM)

Zack menghardik kepada Adam. Perlahan mukanya memerah. Dilemparnya sebuah remote control ke arah Adam. Tapi, Adam menghindar dan serasa bergidik. Remote itu melewati Adam melesat ke arah tembok dan terhempas.

“Gedubrak.”

Remote hampir hancur. Lampunya berkedip-kedip berwarna merah mengingatkan akan nyala sirene mobil polisi. Karena tak kena sasaranya Zack makin beringas. Matanya yang tadinya basah perlahan merah dan kering kerontang hampir meloncat dan menatap erat-erat ke arah Adam. Genggaman mungilnya semakin erat terdengar gemeretak tulang rawan di lengan kanannya. Giginya gemeretak hebat. Dia alihkan pandangannya yang bisu ke arah layar televisi berukuran 21 inchi di bagian kiri tubuhnya tempatnya sekarang duduk melantai di ruang tamu rumahnya. Siaran televisi yang dicari-carinya tak kunjung hadir. Karena Adam tak jua berkehendak memenuhi keinginan sang adik. Sehingga terjadilah perang saudara. Selalu begitu. Semua ingin berkuasa. Menguasai media elektronik itu dengan tangan mungil mereka masing-masing. Tapi lagi-lagi yang kuat akan mengambil alih. Adam selalu jadi pemenang.

Kini Adam serius menonton berita kesukaannya. Meski umurnya baru 13 tahun dan 2 tahun lebih tua dari Zack, tapi nonton berita adalah hobinya semenjak pemilu berlangsung beberapa bulan yang lalu. Dia jadi ketagihan berita. Keseriusannya tak tanggung-tanggung kalau sedang menonton berita. Kakinya menyilang setinggi bahu. Badannya hampir terlipat di atas bantalan kursi empuk yang didudukinya. Pandangan beku di balik silangan kakinya fokus ke arah layar televisi itu. Rupanya dia menonton siaran berita tentang kasus korupsi. Dia ingin memberantas korupsi. Bisiknya kala itu.

“Gedubrakkk.”

Keseriusan Adam jadi retak kembali. Lagi-lagi Zack berontak. Yang jadi korban sekarang adalah robot-robotan power ranger yang tercecer di sekitarnya. Mata boneka itu ikut menyala-nyala. Anehnya, lemparanya tadi mengenai layar televisi. Televisi itu retak nyaris pecah. Kini Adam bingung siapa yang salah. Dia atau koruptor di layar televisi itu? Tak ada jawaban dari mulut adiknya itu, kecuali pandangan sayu ke arah salah satu tokoh koruptor sebelum layar televisi itu jadi korbannya. Sebenarnya Adam ingin marah tapi perhatiannya teralihkan ke arah televisi tadi. Televisi itu mengeluarkan asap dan aliran listrik yang menjalar ke mana-mana. Di balik keretakan tadi keluar cahaya putih yang terang tak terkira. Kedua bersaudara itu terheran-heran. Mereka bergeming seribu bahasa. Perang saudara telah usai.

“Druuuuuugh...”

Zack kaget mendengar suara guntur dari luar rumah itu. Sontak dia memeluk Adam. Rupanya hujan mulai menyertai suasana itu. Hingga terasa semakin mencekam. Meski ashar baru saja berlalu. Di luar keadaan sudah tampak gelap. Angin bertiup kencang. Awan berkemul hitam membentuk semacam black hole yang besar. Lalu mati lampu. Zack dan Adam ditelan cahaya yang keluar dari televisi yang retak itu. Sejam kemudian suasanya jadi senyap, yang terlihat hanya kedipan lampu remote yang di lempar Zack dan mata power ranger yang menyala-nyala. Zack dan Adam kini lenyap.

***

Sebulan berlalu. Berita tentang kasus korupsi tak urung meninggalkan media. Baik media elektronik sampai media massa lainnya menghidangkan suguhan dan sarapan yang sama di waktu pagi. Kasus yang paling populer adalah kasus penggelapan dana talangan Bank Century yang melibatkan banyak pihak. Saking besarnya kasus yang mencuat sekitar akhir tahun 2009 itu. Sehingga tak ada yang memberitakan tentang kejadian mistis yang terjadi di rumah Zack dan Adam. Semua terlarut dalam intrik dunia perpolitikan bangsa.

Tapi hal itu tidak berlaku pada sebagian anak di sekitar rumah Zack. Mereka penasaran atas kasus yang menimpa kedua teman mereka. Bagi mereka tak ada korupsi, politik ataupun pelanggaran HAM. Bagi mereka itu hanya bagian dari masa kecil mereka. Hanya buang-buang uang dan waktu. Belum saatnya bagi mereka untuk terlibat. Kecuali tak ada lagi generasi sesuci, selugu dan sejujur mereka. Kimberly, Nania dan Lee adalah anak-anak itu. Mereka seusia Zack dan Adam. Mereka segera membentuk tim penyidik semacam tim pansus untuk menolong teman-teman mereka. Dan penyelidikan pun di mulai. Lets go!.

Ketiga anak itu segera menyelidiki rumah Zack dan Adam yang masih terpasang garis polisi. Mereka berhasil masuk karena itu adalah daerah kekuasaan mereka. Mereka tahu betul jalan-jalan rahasia menuju rumah itu. Sekeliling rumah jadi sasaran pencarian. Semua jadi bahan penyelidikan. Terakhir mereka berhenti di hadapan televisi di ruang tamu. Lee, perlahan mendekat ke arah televisi itu. Di pungutnya remote dan boneka power ranger yang tergeletak di samping televisi itu. Tak seberapa lama televisi itu bergetar dan mengeluarkan suara dengungan, asap, dan aliran listrik. Lee jadi kaget dan segera meloncat ke belakang. Dari arah televisi keluar cahaya terang tak mampu dipandang mata. Ketiga anak itu jadi silau. Tapi, itu tak berlangsung lama. Karena cahaya itu tiba-iba terhalangi sesuatu. Seperti sosok manusia.

“ Zack?” Kimberly terheran penuh tanya.

“ Adam?” Lee juga tak ketinggalan.

“ Alhamdulillah. Dari mana saja kalian?” Nania menimpali dengan pertanyaan.

Teman-teman, monster akan menyerang negeri kita.” Tiba-tiba Adam bergumam. Wajahnya menampakkan raut serius.

“ Maksudnya?” ketiga anak yang lain jadi penasaran.

“ Tenang-tenang semua.” Zack berusaha menjelaskan.

“ Sejak sebulan yang lalu, kami berdua berada di sebuah dunia yang tak adalagi kejahatan. Semua jadi lebih baik. Hukum betul-betul jadi acuan. Namanya negeri semut**. Sempat kami mendengar kabar tentang keadilan negeri itu.”

“ Tapi, akhirnya Zordon mengirim kami kembali ke sini dengan transporter waktu yang di buat Alfa.” Jelas Zack.

Tapi Nania hanya melongo, matanya sayu alisnya menjadi berat hingga matanya jadi sipit. Dan mulutnya bisu sedikit bergetar. Lain halnya dengan Lee rentetan pertanyaan diajukannya. Hingga semua jelas bahwa teman-temannya itu kembali ke dunia ini karena monster-monster bangsa ini mulai bermunculan. Dari sektor ekonomi sampai sektor perpolitikan monster-monster itu meraja lela. Sementara pemerintah tak becus lagi membasmi monster itu. Kedatangan mereka kembali, dengan membawa identitas baru yaitu sebagai anak-anak generasi pemberantas korupsi.

“ Ya, sekarang kami berdua adalah seorang ranger.”Adam meyakinkan.

“Aku, Ranger Hitam pengamat politik.” Jelas Zack

“Dan aku Ranger Merah pengamat hukum.” Adam turut akui diri. Kimberly, Lee dan Nania jadi terkagum-kagum. Kedua temannya telah berubah sosok menjadi sosok ranger. Kepala mereka tertutup helem dengan motif futuristik. Tubunya juga kini berbalut pakaian karet yang tebal dan anti peluru. Meski tubuh mereka tetap kecil tapi bodi mereka jadi atletis. Senjata –senjata modern di sisi kiri kanan pinggul mereka tampak keren dan canggih.

“ Kalian jangan melongo begitu!”Adam menghela kekaguman teman-temannya.

“ Sekarang kalian juga adalah seorang ranger. Kalian adalah orang-orang yang di pilih bangsa ini dan kita adalah generasi penerus bangsa ini.” Lanjut Adam memperjelas.

“ Ambil ketiga pemantik ini dan kalian akan berubah menjadi seperti kami.” Zack terlihat menyerahkan sebuah pemantik berbentuk jam tangan dengan lampu yang berbeda-beda warna pada bagian tengahnya.

“ Berubah,” teriak Kimberly, Lee dan Nania bersamaan. Sontak tubuh mereka berubah seperti kedua temannya tadi. Yang berbeda adalah warnanya. Kimberly sebagai Ranger Pink pengamat seni dan budaya, Nania sebagai Ranger Kuning pengamat ekonomi, dan Lee sebagai Ranger Hijau pengamat agama.

“Go...go...go power ranger.” Gumam mereka kompak. Di susul panggilan tugas dari Zordon

“Tik tik tidik tik tik.”Zordon memanggil mereka dengan alarm khusus dari negeri semut.

“Monster menyerang bangsa ini. Saatnya kalian beraksi.”

“Hyatt...sset,” ke-lima anak itu meloncat ke angkasa secepat kilat menembus awan-awan dan perlahan menghilang.

Langit tampak buram dan bergemuruh seiring ke-lima ranger itu menghilang. Jauh entah ke mana.

***

Kota seakan beku selama beberapa hari. Langit enggan berkomentar dengan hujannya atau pun dengan gemuruh anginnya. Gedung-gedung pencakar langit seakan bergelantungan dan bagaikan tonggak-tonggak di tengah ilalang. Tenang, damai dan sunyi.

Hingga semua itu buyar ketika para pencari berita berkeliaran ke sana sini. Ada yang membawa kamera, handycame, dan segalah perlengkapan syuting lainnya. Beberapa mobil berbalik meninggalkan lokasi. Kemacetan mulai nampak di setiap perempatan. Orang-orang pun turut berkerumul pada satu lokasi. Bunyi sirene di mana-mana. Dari kejauhan di sebuah bank tampak nyala api berkobar. Beredar membentuk onar. Beberapa orang terbakar dengan mata nanar. Terlihat seekor monster mulai memporak-porandakan bank dan dengan mulutnya menyemburkan api yang berkobar.

“Tik tik tidik tik tik...!” Zordon memanggil ke-lima ranger.

Ke-lima ranger tiba di lokasi. Mereka tampak sigap dan keren dengan pakaian futuristis mereka yang di balut warna merah, kuning, hijau, hitam dan pink. Warga kota memandangi, sebagian melongo, kagum dan bermuka tak jelas. Salah seorang warga mulai bersorak ke arah mereka.

Tak perlu menunggu lama. Adegan pertarungan akan berlangsung. Pentas politik perlahan panas. Ke-lima ranger tampak siap siaga.

“Hai monster gila hentikan perbuatannmu!” Sahut Adam memperingati.

“Wuargggh...wuarggh...” monster itu meraung. Rupanya dia sudah sadar akan kehadiran para ranger itu. Pandangannya sangat menyeramkan. Seseram tubuhnya yang penuh darah dan berbalut ratusan uang dollar. Meski tubuhnya tak sebesar monster pada umumnya tapi dia sangat beringas dan telah menyensarakan jutaan masyarakat di negeri ini.

“Sekali lagi hentikan perbuatanmu!” Zack ikut memperingati dengan nada keras.

Tapi monster koruptor masih saja tak menghiraukan. Malah, dia langsung bergerak cepat dan menyerang ke arah Nania (pengamat ekonomi) dengan cakarnya yang tajam.

“Sehht.” Nania berhasil menghindar meski nyaris bahu kanannya terkena cakaran.

Nania kemudian berbalik menyerang dengan pukulan mautnya dan tepat mengenai wajah monster. Monster itu terpelanting ke arah Ranger Merah. Ranger Merah tak menyia-nyiakan hal itu. Dengan sigap dia banting monster itu. Hingga tak berdaya. Bahkan perlahan lembaran-lembaran dollar di tubuhnya berceceran di mana-mana. Mulailah tampak wajah aslinya. Meski kulitnya tampak terkelupas wajahnya masih jelas terlihat yaitu wajah yang senantiasa nongol di berita. Dia adalah adalah orang tenar negeri ini.

Melihat kenyataan itu Ranger Hijau lalu mendekat. Tapi bukan bermaksud untuk menyerang lagi. Karena dia tahu monster itu sudah tak berdaya. Perlahan dinasehatinya agar tak mencuri uang rakyat lagi yang tidak halal. Itu memang tugas Lee sebagai pengamat agama.

“Sseeth…wuargah,ternyata monster itu pandai berpura-pura. Sontak monster itu berontak kembali. Ranger Hijau jadi korban. Dia tak sempat menghindar. Tubuhnya yang masih anak-anak terpental ke arah tiang listrik. Bahu kanan yang kecil terluka dan mengeluarkan darah segar.

“Ahhhhkh…” keluhnya kesakitan.

Melihat hal itu, Kimberly si ranger pink (pengamat seni dan budaya) bergerak cepat. Tubuhnya yang kecil begitu lincah dan gesit. Menari bagai angin buritan dan tiap gerakannya menimbulkan melodi-melodi musik bugis. Dan mengitari monster bengis dan sadis itu. Gerakannya semakin cepat membentuk putaran angin topan. Hingga monster itu ikut berputar. Dan terlempar membentur trotoar lalu tergelepar. Lagi-lagi monster itu kelihatan tak berdaya.

“Wuhhh…” Kimberly menghela nafas setelah melakukan gerakan cepatnya yang penuh gerak estetis dan magis.

Sementara di sudut tiang listrik Lee si ranger hijau masih terlihat kesakitan. Entah kenapa di setiap pertarungan politik terkadang agama jadi korban seperti yang dialami Lee. Melihat hal itu semua ranger mendekati Lee. Adam terlihat membopoh dan melindungi tubuh Lee dengan payung hukumnya dan keempat ranger lainnya tetap mewaspadai keadaan monster itu. Jangan sampai dia berpura-pura lagi. Tapi, kelihatannya kali ini monster itu betul-betul telah kehilangan tenaga. Tubuhnya yang tergelepar semampai perlahan lunglai. Dari tubuhnya keluar trilliunan uang yang baru saja di curinya dari bank yang terbakar tadi dan kini telah hancur. Lalu ke-lima ranger itu mengurung dan segera memenjarakan monster koruptor itu. Tapi, anehnya tubuh monster itu menjadi transparan dan perlahan menghilang. Pertarungan baru saja usai.

“Anak-anak.” Zordon memanggil

“Syukurlah kalian selamat, bangsa ini juga selamat, ” lanjutnya.

“Hey…anak-anak. Saatnya kalian kembali ke negeri semut. Pulihkan kekeuatan kalian!” sahut Alfa, si penasehat ranger.

“Ssethh…” ke-lima ranger menghilang. Gerakannya sangat cepat. Secepat topan di Haiti yang menyebabkan kota Haiti jadi pora-poranda.

Sementara arena pertarungan politik telah porak. Puing-puing bangunan berserak. Aroma ketakutan tak lagi bergejolak. Hingga butuh banyak dana dan kekuatan untuk memulihkan kembali arena pertarungan itu. Selalu terjadi seperti itu. Apalagi lagi yang harus dikorbankan untuk menutupi kerugian itu?

***

Sehari setelah pertarungan itu headline media massa tak lagi dihinggapi berita tentang koruptor. Ataupun berbagai kasus-kasus kotor. Tetapi yang jadi headline adalah ke-lima anak-anak itu. Mereka jadi tenar dan menjadi pahlawan bangsa ini. Jadi siapapun yang berhasil memberantas korupsi selayaknya menjadi pahlawan bangsa. Berita tentang ke-lima anak-anak itu jadi bahan pembicaraan selama beberapa hari, bulan, ataupun bertahun-tahun.

Presiden tak mau ketinggalan. Mereka mengundang anak-anak itu ke istana kenegaraan dengan kawalan super ketat. Mereka akan diberi penghargaan sederajat dengan guru bangsa yang telah berjasa untuk negeri ini.

Kini mereka telah tiba di pelataran istana. Mereka tampak senang tak terkira. Wajah mereka yang masih kelihatan lugu perlahan menjelma ceria. Saat yang dinanti-nanti akan segera terjadi yaitu mereka akan bertatap muka langsung dengan presiden. Itu adalah impian mereka sebagai generasi penerus bangsa.

Beberapa menit telah berlalu. Jantung anak-anak itu semakin berdebar. Sementara dari kejauhan terlihat mobil presiden berwarna hitam pekat dengan plat merahnya perlahan memasuki taman istana dan berhenti di gerbang pelataran istana tepat di hadapan tempat anak-anak itu berdiri. Kira-kira jaraknya lima meter dari tempat anak-anak itu berpijak.

“Slekk…” suara pintu mobil terbuka. Presiden turun dari mobil. Tampak gagah dan berwibawah. Terdengar suara celoteh anak-anak itu. Kecuali Adam dan Zack. Entah kenapa tubuhnya bergetar hebat. Urat kecilnya timbul. Matanya memandang erat-erat raut wajah presiden. Meski terkesan samar bila memandang dengan mata nanar. Tapi raut wajah itu tetap seakan tak asing bagi mereka. Mirip dengan wajah yang bersembunyi di dalam tubuh monster yang pernah mereka kalahkan. Seketika yang lain turut menyadari. Mereka bersiap- siaga.

“ Tik tik tidik tik tik.” Zordon memanggil.

“ Berubah.”

“Power... Ranger...” teriak ke-lima anak itu.

Pertarungan akan kembali di mulai. Bersiap-siagalah.

***

*Judul ini terinspirasi dari salah satu serial kepahlawanan anak-anak yang dapat di saksikan di salah satu layar televisi swasta Indonesia.** Nama negeri ini terinspirasi dari salah satu judul puisi penulis yang dapat di baca di as-shafy.blogspot.com Riwayat cerpen: Juara 1 lomba menulis cerpen KAMMI UNM.


No Response to "Cerpen: POWER RANGERS*: EPISODE KEMATIAN MONSTER KORUPTOR"

Leave A Reply